Social Icons

arabic education

interaktif, inofatif, dan komunikatif

Selasa, 13 Maret 2012

Membangun Sistem Pembelajaran Bahasa Arab yang Integratif

a)     Definisi dan Fungsi  Bahasa
Ibnu Jinni mendefinisikan bahasa adalah suara yang diungkapkan oleh setiap komunitas masyarakat untuk mengutarakan maksud mereka. Sedangkan Menurut mayoritas ulama,  bahasa adalah  media yang berkembang , yang mana dengannya antara individu dan komunitas dapat berkomunikasi atau berinteraksi. Dengan kata lain bahasa adalah beberapa kata yang menunjukan suatu arti tertentu yang memiliki fungsi bagi individu dan komunitas. Sedangkan bahasa hubungannya dengan individu adalah suatu alat untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya, baik berupa perasaan, maksud, keinginan dan pemikiran. 
Dari definisi di atas, maka fungsi bahasa sangatlah urgen dan krusial dalam kehidupan umat manusia, karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi antara individu dengan individu lain atau antara komunitas dengan komunitas lain. Dengan bahasa mereka dapat mengungkapkan apa yang terbesit di dalam hati dan pikiran kepada orang lain, sebaliknya orang lain dapat memahami maksut, keinginan dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa. Fungsi bahasa bagi individu adalah suatu alat untuk memenuhi kebutuhannya dan melakukan keinginanya di lingkungan di mana ia hidup. Dengan menggunakan bahasa ia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dan dapat mempelajari budaya, tradisi dan khazanah keilmuan seuatu umat. Selain itu, bahasa juga merupakan alat untuk mempengaruhi pikiran orang lain dan alat untuk memuaskan pikiran dan hati orang lain. Sedangkan fungsi bahasa bagi suatu komunitas adalah  alat atau media yang digunakan antar individu untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Terlepas dari fungsi bahasa bagi individu atau komunitas, bahasa merupakan alat untuk merekam dan mengabadikan serta untuk memahami tradisi, kebudayaan dan khazanah keilmuan suatu umat atau bangsa dahulu hingga sekarang. Seumpama saja tidak ada bahasa, maka kita tidak akan memahami dan mengetahui berita, tradisi, budaya dan khazanah keilmuan umat terdahulu. Oleh karena itu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan alat yang menjaga tradisi serta mengantarkan kepada suatu peradaban.
Dalam konteks bahasa arab, bahasa arab adalah alat atau media komunikasi dan interaksi dalam dunia global, yang mana bahasa arab dewasa ini merupakan salah satu bahasa dunia yang diperhitungkan. Selain itu, bahasa arab adalah bahasa pokok ajaran agama islam yang menjadi bahasa Al-Quran dan hadits serta bahasa khazanah keilmuan islam yang di karang oleh ulama-ulama terdahulu yang tinggi akan nilai ilmiahnya. Sehingga sudah menjadi seharusnya sebagai orang muslim untuk mempelajari bahasa arab, agar dapat memahami ajaran agama islam secara benar dan komprehensif. Karena untuk memahami ajaran islam secara benar dan komprehensif tidak cukup hanya dengan terjemahan-terjemahan yang ada dan sangat terbatas, tapi butuh juga mengkaji dan mendalami karya ulama-ulama yang juga berbahasa arab. Karena karya-karya mereka merupakan interpretasi isi Al-Quran dan hadits yang perlu dipertimbangkan serta merupakan hasil eksperimen-eksperimen tentang kehidupan masa lalu.
b)   . Teori Pemerolehan Bahasa dalam Perspekstif Psikolinguistik
Seorang guru bahasa arab seharus memahami apa itu bahasa dan bagaimana proses pemerolehan bahasa dan belajar bahasa. Dalam proses pembelajaran bahasa arab, seorang guru harus memahami disiplin ilmu  psikolinguistik kaitannya dengan dari mana bahasa itu diperoleh dan bagaimana cara pembelajarannya. Kaum tradisionalis berpendapat, bahwa bahasa dapat diperoleh hanya dengan menuntun peserta didik, kemudian dihafalkan dan didemonstrasikan. Dalam pembelajaran nahwu dan shorof, peserta didik diperintah untuk menghafalkan definisi dan istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu tersebut. Tetapi ketika peserta didik diperintah untuk mengamplikasikan bahasa arab yang telah dihafalkan dia merasa kesulitan.
Sedangkan kaum modernis berpendapat pemerolehan bahasa bukanlah hanya dengan mengahafalkannya, tapi bahasa merupakan kumpulan dari beberapa kompetensi (maharoh) yang harus di cari dan dikembangakan oleh manusia. Belajar bahasa arab tidak berbeda dengan belajar memanah, berenang dan menyupir yang butuh latihan dan pembiasaan. Begitu juga belajar bahasa arab juga butuh latihan yang intensif dan pembiasaan secara terus menerus, baik kompetensi berbicara, mendengarkan, menulis dan membaca, sehingga pada akhirnya bahasa dapat diaplikasikan secara mudah.
Dengan demikian seorang guru bahasa arab harus memahami ilmu psikologi dan linguistik atau psikolinguistik dalam mengajarkan bahasa arab. Mengajarkan bahasa kepada anak kecil berbeda dengan mengajarkan bahasa arab kepada anak besar, karena secara psikologis anak kecil dan anak besar memiliki perkembangan kecerdasan yang berbeda. Anak kecil belajar bahasa arab dengan jalan meniru orang disekitarnya di mana dia hidup. Lingkungan yang mengelilingi anak sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran bahasa arabnya. Oleh karena itu, disinilah peran sekolah untuk mampu menciptakan lingkungan yang kondusif agar peserta didik dapat belajar bahasa arab dengan mudah dan cepat.
Kedua pendapat di atas sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa arab dan bagaimana memilih dan menentukan sebuah pendekatan, metode dan strategi. Pendapat pertama mengatakan belajar bahasa adalah dengan menekankan pada cara penghafalan kosa kata dan gramer-nya, yaitu nahwu dan shorof. Tentunya pendapat ini memiliki kelemahan, karena cara menghafalkan dapat menghilangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan dan menyusun bahasa. Bahasa hanya dipelajari sepotong-potong dan hanya secara terpisah. Sedangkan pendapat kedua perpandangan belajar bahasa adalah dengan banyak latihan dan pembiasaan secara intensif. Pendapat ini lebih menekankan pada praktek pembiaasaan penggunaan bahasa, sehingga bahasa akan secara cepat dapat dikuasai oleh peserta didik. Kelemahan pendapat ini terletak pada lingkungan yang kondusif, jika tidak ada lingkungan yang kundusif maka bahasa tidak akan berhasil dipelajari.
Menurut hemat penulis, terlepas dari kelemahan kedua pendapat di atas, sebenarnya bahasa memang dapat efektif dipelajari jika dilatih dan dibiasakan secara intensif dalam menggunakannya. Namun menghafalkan pun menjadi penting dalam meningkatkan pembelajaran bahasa. Misalnya mengahafalkan kosa kata untuk menambah perbendaharaan bahasa arab. Sehingga dengan demikian kedua pendapat di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab secara integratif dan bersamaan.
Dari sinilah begitu tampak jelas, perlunya seorang guru memahami ilmu psikolinguistik dalam mengajarkan bahasa arab kepada peserta didik, sehingga pembelajaran bahasa arab dapat berjalan dengan efektif dan menuai keberhasilan.
c)    . Mempelajari Maharah Bahasa Arab secara Integratif
Setiap bahasa memiliki empat maharoh atau kompetensi, yaitu kompetensi berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. Penerapan keempat maharoh tersebut dalam pembelajaran bahasa arab, para tokoh bahasa berbeda pendapat. Ada yang berpendapat, bahwa keempat kompetensi bahasa arab diterapkan secara bersamaan, tidak perlu di bedakan dan dipisah-pisahkan, karena bahasa adalah suatu sistem susunan yang satu kesatuan. Tapi ada juga yang berpendapat, bahwa keempat kompetensi bahasa arab diajarkan secara terpisah, misalnya kompetensi berbicara diajarkan dalam waktu tersendiri, begitu juga dengan kompetensi mendengarkan, membaca dan menulis.
Menurut hemat penulis, empat kompetensi bahasa arab dapat diterapkan secara bersamaan dan integratif, tanpa harus memisah-misahkan satu dengan yang lainnya, karena bahasa merupakan suatu sistem satu kesatuan. Disisi lain menurut teori psikologi, bahwa akal manusia lebih dahulu mendeteksi keseluruhan sebelum mendeteksi bagian-bagian. Dalam artian, dalam proses belajar bahasa akal peserta didik lebih mudah menangkap jika keempat kompetensi bahasa arab diajarkan secara bersamaan dalam satu kesempatan, tidak diajarkan secara terpisah. Karena pembelajaran kompetensi bahasa arab secara terpisah, peserta didik biasanya kesulitan dalam mengubungan satu sama lainnya. Misalnya ta’bir, istima’, qiroah, kitabah, nahwu dan shorof diajarkan secara terpisah, maka ketika peserta didik diperintah untuk menerapkan membaca atau menulis dan menyusun kata sesuai kaidah nahwu dan shorof akan mengalami kebingungan dan kesulitan.
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa arab secara terpisah-pisah bagi pemula akan membingungkan dan menyulitkan. Pembelajaran bahasa arab secara terpisah-pisah dapat diterapkan bagi peserta didik yang telah baik bahasanya. Jika dalam kontek sekolahan, pembelajaran bahasa arab secara integratif hendaknya diterapkan pada tingkatan dasar. Adapun yang terpisapisah dapat diterapkan pada tingkatan lanjutan atau perguruan tunggi. Tetapi bagaimana pun , penerapan pembelajaran bahasa arab secara integratif atau terpisah berdasarkan pada tingkat penguasaan dan kemampuan peserta didik terhadap bahasa, tidak hanya berdasarkan pada tingkatan dalam sistem pendidikan.
d)   . Unsur-unsur Urgen dalam Sistem Pembelajaran Bahasa Arab
Sebagaimana telah penulis utarakan dalam pendahuluan, bahwa pembelajaran bahasa arab merupakan sistem yang memiliki beberapa unsur urgen yang saling terkait dan harus dijalankan secara bersamaan dan seimbang, agar pembelajaran bahasa arab dapat optimal dan maksimal. Unsur-unsur yang dimaksud adalah guru, siswa, materi, pendekatan, metodologi, strategi, fasilitas atau media dan lingkungan.
1)  . Guru dan Siswa
Keberhasilan siswa dalam proses pemebelajaran bahasa arab sangat ditentukan oleh seorang guru, oleh karena itu, kompetensi guru secara keilmuan dan metodologis menjadi faktor krusial dalam proses pembelajaran bahasa arab. Dalam konteks keilmuan, seorang guru bahasa arab harus benar-benar memahami dan menguasai hakikat bahasa arab kaitannya dengan karakter bahasa arab, kompetensi bahasa arab, yaitu ta’bir, istima’, qiroah dan kitabah, serta memahami dan menguasai betul ilmu gramer bahasa arab, yaitu nahwu dan shorof serta ilmu-ilmu yang menjadi pelengkap dalam memahami bahasa arab. Hal ini tidak dapat ditawar lagi, jika menginginkan hasil yang maksimal dan memuaskan. Kelemahan dan kegagalan lembaga pendidikan kita selama ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya guru bahasa arab yang tidak kompeten secara kelimuan dan lebih mempermasalahkan metodologinya. Padahal keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan atau diabaikan.
Sedangkan dalam konteks kompetensi metodologis, seorang guru harus memahami dan memiliki kemampuan dalam menerapkan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran bahasa arab yang relevan dengan objek (siswa), efektif dan menyenangkan atau sesuai dengan prinsip PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Sayangnya, selain banyaknya guru yang lemah dalam keilmuan bahasa arab, juga masih banyak sekali guru bahasa arab yang lemah dalam menerapkan pendekatan, metode dan strategi yang relevan dan efektif, serta tidak mengaplikasikan dasar dan prinsip-prinsip pengajaran bahasa arab, sehingga pembelajaran bahasa arab tidak menuai keberhasilan.
2)   . Pendekatan, metode dan strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam suatu proses pembelajaran setiap guru menggunakan yang disebut pendekatan, metode dan strategi, begitu juga halnya dengan bahasa arab. Pendekatan, metode atau strategi dalam pembelajaran bahasa arab sampai saat ini masih menjadi diskursus dan polemik yang menarik diperhatikan dan disikapi dengan bijak dan proporsional.
Pendekatan adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar mengajar bahasa. Pendekatan mencerminkan suatu falsafah, pandangan, pegangan dan pendirian dalam melihat, memahami dan mendekati suatu objek atau permasalahan. Dalam konteks bahasa arab, seorang guru seharusnya menggunakan pendekatan yang relevan dan efektif dalam melihat dan memahami hakikat bahasa arab dan hakikat peserta didik. Pendekatan adalah suatu pegangan utama seorang guru untuk melakukan suatu proses pembelajaran, menentukan metode, strategi dan materi serta media. Tanpa menggunakan pendekatan yang relevan dan efektif, seorang guru bahasa arab akan tidak terarah dan merasa kesulitan dalam proses pembelajaran.
Dalam khazanah keilmuan kita, ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran bahasa arab. Terlepas dari kelemahan yang dimiliki masing-masing pendekatan, setiap pendekatan memiliki karakteristik dan titik tekan spesifik dalam memandang hakekat bahasa dan hakekat peserta didik. Menurut penulis, sudah saatnya kita untuk tidak memperpanjang perdebatan di antara aliran-aliran pendekatan, tapi bagaimana titik tekan atau kelebihan tiap-tiap pendekatan dapat diitegrasikan dan diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa arab.
  1. Pendekatan humanistik adalah pendekatan yang menekankan pada hubungan antara guru dan peserta didik. Peserta didik adalah manusia yang memiliki berbagai potensi, bakat dan minat yang dapat berkembang dan dikembangkan, peserta didik bukan benda mati yang dapat diperlakukan semaunya oleh guru. Dalam aplikasinya pendekatan humanistik menuntut pembelajaran yang aktif dari peserta didik. Peserta didik selain objek, juga sebagai subjek, bukan ojek saja.
  2. Pendekatan berbasis media adalah pendekatan yang lebih menekankan pada penggunaan media dalam proses pembelajaran bahasa arab. Dalam aplikasinya pendekatan ini banyak menggunakan media teknologi modern dalam proses pembelaran bahasa arab, seperti laborat bahasa, computer, radio, slide dsb.
  3. Pendekatan Aural dan oral adalah pendekatan yang berpandangan bahasa adalah apa yang diucapkan dan apa yang didengar. Pendekatan ini perpandangan bahasa adalah alat atau media komunikasi, sehingga dalam aplikasinya, pendekatan ini lebih menekan praktek kompetensi berbicara dan mendengarkan dalam proses pembelajaran bahasa arab.
  4. Pendekatan analisis dan non analisis. Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan. Pendekatan analisis adalah pendekatan yang lebih menekankan pada analisis linguistik dan kognitif peserta didik dalam pembelajaran bahasa arab. Sedangkan pendekatan non analisis adalah pendekatan yang lebih menekankan pada psikolinguistik dalam proses pembelajaran bahasa arab.
  5. Pendekatan komunikatif adalah pendekatan yang menekankan pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, sehingga dalam aplikasinya, pendekatan ini menuntut pebelajaran yang komunikatif antara guru dan siswa serta memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Apabila kita amati, kelima pendekatan di atas dapat kita terapkan secara integratif dan saling menguatkan serta saling melengkapi antara satu dan lainnya. Kelemahan akan muncul ketika kelima pendekatan di atas diaplikasikan secara terpisah, karena setiap pendekatan memiliki satu aspek pertimbambangan yang perlu dilengkapi oleh asperk pertimbangan pendekatan yang lain. Dengan mengintegrasikan kelima pendekatan di atas, maka kita dapat menerapkan pembelajaran yang aktif, komunikati, cerdas secara kognitif dan berbicara serta berbasis media.
Tidak bedanya dengan pendekatan, metode pembelajaran bahasa arab pun yang beragam dapat di integrasikan dalam proses pembelajaran bahasa arab dan diaplikasikan sesuai kondisi yang ada.
Dalam pembelajaran bahasa ada lima metode, Pertama, metode nahwu dan tarjama. Metode ini dalam aplikasinya menekankan pada analisis penggunaan nahwu dan praktek penerjemahan. Kedua, metode mubasyaroh, yaitu metode pembelajaran bahasa yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa arab ketika proses interaksi pembelajaran di kelas. Ketiga, metode Aural dan oral, metode ini menekankan pada praktek berbicara dan mendengarkan dalam proses pembelajaran bahasa arab. Keempat, metode Qiroah, yaitu metode yang lebih menekankan pada praktek membaca dalam proses pembelajaran. Kelima, metode Ma’rifiyah, yaitu metode yang menekankan pada materi dan pelatihan materi.
Dari kelima metode di atas dapat kita aplikasikan secara integratif, tanpa harus meninggalkan salah satunya. Sehingga kita dapat menerapkan pembelajaran bahasa arab yang penyampaian materinya dengan bahasa arab, melatih siswa untuk berbicara, membaca, mendengarkan dan mampu menerjemahkan sesuai kaidah nahwu. Atau kalau tidak, metode yang sudah ada, kita terapkan sesuai dengan kemampuan dan tigkat pendidikan siswa serta sesuai dengan kondisi yang ada.
Kaitannya dengan strategi pembelajaran bahasa arab yang mencakup empat kompetensi, yaitu ta’bir, istima’, qiroah dan kitabah, teori-teori active learning  dapat diterapkan oleh guru bahasa arab dalam proses pembelajaran. Active learning  merupakan terobosan baru yang berdasarkan pada prinsip PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
3)   . Materi
Materi merupakan pegangan guru dan siswa dalam proses pembelajaran bahasa arab. Dengan menggunakan materi, arah pembelajaran bahasa arab akan terarah dan jelas. Tapi jika kita amati, sampai saat ini masih banyak lembaga sekolahan yang menggunakan meteri bahasa arab yang belum relevan dan efektif, sehingga perlu adanya revisi dan pembenahan.
Menurut penulis dalam membuat dan menyusun materi, isi materi harus mencakup beberapa komponen, yaitu empat kompetensi, ta’bir, istima’, qiroah dan kitabah, mufrodat dan qowaidun Nahwiyah serta menentukan media praktek yang digunakannya. Komponen tersebut harus ada dalam materi bahasa arab, agar pembelajaran bahasa dipelajari secara menyeluruh dan siswa dapat dengan mudah menguasai maharoh dan kaidah bahasa arab dengan baik dan aplikatif
Penyusunan sebagaimana di atas adalah model penuyusunan bahan ajar yang inregrated curukulum, yaitu menyajikan bahan pembelajaran atau materi secara unit dan keseluruhan, tanpa mengadakan pembatasan-pembatasan satu mata pelajaran atau maharoh dengan yang lainnya. Salah satu contoh buku ajar bahasa arab yang menggunakan model inregrated curukulum adalah Al-Arobiyatu Baina Yadaika. Model penyusunan seperti ini, menurut penulis sangat baik dan efektif dalam pembelajaran bahasa arab, karena mencakup semua maharoh, qowa’idun nahwiyah dan mufrodat.
4) . Media
Media merupakan salah satu unsur urgen dalam proses pembelajaran bahasa arab. Fungsi media adalah sebagai alat bantu yang memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Secara termenoligi media bisa berupa benda atau bentuk apapun, yang terpenting di dalamnya terdapat unsur membantu dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan siswa dalam memahami materi.
Media yang digunakan guru, hendaknya media yang relevan dengan materi dan maharoh yang diajarkan serta menyenangkan dan memudahkan siswa. Dewasa ini banyak media teknologi canggih yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran bahasa arab, seperti laborat bahasa, radio, VCD, komputer dan internet dengan segala program aplikasinya. Perlu di ingat, keberadaan media merupakan alat bantu bukan pengganti guru, karena bagaimana pun, guru adalah orang yang harus berusaha mengaktifkan peserta didik, bukan peran itu diserahkan kepada media yang terkadang menjadikan proses pembelajaran bahasa arab tidak efektif  dan peserta didik tidak respek atau tidak  perhatian terhadap pelajaran.
Permasalahannya banyak lembaga pendidikan kita yang masih lemah secara finansial, sehingga tidak mampu melengkapi sekolahannya dengan berbagai macam media pembelajaran. Tapi menurut penulis, media apa pun itu yang terpenting dapat membantu dan memudahkan guru dan murid dalam proses pembelajaran. Disinilah guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan mendia pembelajaran bahasa arab dengan keterbatasan finansial.
e)      . Lingkungan   
Keberhasilan belajar bahasa arab sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan di mana siswa belajar bahasa dan dimana dia bertempat tinggal. Dengan lingkungan yang bernuansa arobic, siswa akan termotivasi untuk belajar dan mempraktekkan bahasa arab, sehingga pada akhirnya dia terbiasa berbahasa arab dengan reflek.
Ada beberapa alternatif yang ditawarkan penulis kaitannya dengan menciptakan lingkungan yang kondusif  dalam pembelajaran bahasa arab. Pertama, menggunakan pengasramaan atau pondok pesantren. Asrama atau pondok di setting dengan nuansa arobic, yaitu mewajibkan seluruh siswa untuk berbahasa arab dalam berkomunikasi dengan yang lainnya dan membuat regulasi yang mendidik dan konstruktif. Contoh lembaga yang telah menerapkan sistem ini adalah pondok Gontor ponorogo dan Lipia jakarta. Kedua, memperbanyak kegiatan ekstra kurikuler. Dengan memperbanyak kegiatan ekstra kurikuler siswa secara tidak sadar akan terbawa dan terbiasa menggunakan bahasa arab. Contoh lembaga yang telah menerapkan sistem ini adalah Perguruan Islam Matholi’ul Falah Kajen.
Posisi dan peran lingkungan dalam proses pembelajaran bahasa arab memiliki porsi pengaruh yang sangat besar dan krusial bagi perkembangan bahasa arab peserta didik, karena lingkunganlah yang akan akan merangsang dan memaksa peserta didik untuk beradaptasi, praktek dan membiasakan menggunakan bahasa arab.

1 komentar:

  1. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    Masmuka Artinya Cara Mengobati Penyakit Mata (Snot) Pada Lovebird Ufa Bunga SMartphone

    BalasHapus